Proses daur ulang oli bekas dengan cara proses pyrolisis
Oli bekas adalah limbah yang mengandung logam berat dari bensin atau mesin
bermotor. Apabila logam berat tersebut masuk kedalam tubuh kita dan
terakumulasi, maka akan mengakibatkan kerusakan ginjal, syaraf, dan penyakit
kanker.
Berdasarkan kriteria, oli bekas termasuk kategori limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Limbah B3 adalah limbah yang sangat berbahaya, karena
bersifat korosif, mudah terbakar, mudah meledak, reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, iritan, mutagenic, dan radioaktif.
Walaupun peraturan pemerintah tentang pengelolaan daur ulang oli bekas sudah
ada, akan tetapi peraturan tersebut hanya diterapkan di sektor industri dan
pabrik, padahal pencemaran limbah oli bekas tidak hanya di pabrik saja, akan
tetapi dapat kita temui di limbah-limbah rumah tangga, Dan biasanya
limbah-limbah rumah tangga tersebut tidak dikelola dengan baik dan dibuang di
lingkungan sekitar kita. Dari situlah limbah B3 menyebar luas, karena limbah B3
dapat menyebar melalui tanah, air ,udara, serta Rantai makanan. Dan Limbah
tersebut dapat masuk ketubuh kita melalui kulit, pernafasan, pencernaan, dan
saluran tubuh lainnya.
Kembali ke Limbah Oli bekas, sejalan dengan perkembangan jaman volume oli bekas
terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan
mesin-mesin bermotor. Didaerah desa sekalipun, sudah bisa kita temukan
bengkel-bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah oli bekas dan bengkel
tersebut biasanya juga membuang oli bekas di lingkungan sekitar (sembarangan).
Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai
ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Seharusnya kegiatan yang menghasikan
banyak oli bekas harus banyak dikurangi.
Saat ini, peneliti dari Universitas Cambridge mengumumkan bahwa dengan
menggunakan gelombang microwave, limbah oli bekas tersebut dapat diubah menjadi
bahan bakar kendaraan. Para ilmuwan telah menggunakan proses yang disebut
pyrolysis untuk mendaur ulang oli dengan metode berbeda.
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
dengan sedikit oksigen atau reagen lainnya dimana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus
khusus termolisis. Pirolisis ekstrim yang hanya meninggalkan karbon sebagai
residu disebut karbonisasi.
Perlu diketahui bahwa Pyrolysis berbeda dengan gasifikasi dan pembakaran.
Ketiganya dibedakan berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses.
1.
Jika jumlah udara/bahan bakar (AFR , air fuel ratio) sama dengan 0, maka proses
disebut pyrolysis.
2.
Jika AFR yangdiperlukan selama proses kurang dari 1.5, maka proses disebut gasifikasi.
3.
Jika AFR yang perlukan selama proses lebih dari 1.5, maka proses disebut
pembakaran
Cgas yang memiliki nilai kalor yang berguna. Pengertian ini tidak
memasukkan istilah pembakaran (combustion) sebagai bagian daripadanya, karena
gas buang (flue gas)yang dihasilkan dari pembakaran tidak memiliki nilai kalor
yang signifikan untuk dimanfaatkan [Higman, van der Burgt, 2003].
Pada proses pyrolysis minyak yang dipanaskan pada suhu tinggi dalam
ketidakadaan oksigen menyebabkan oli terpecah menjadi beberapa campuran gas,
cairan, dan meterial padat. Gas-gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan
bakar. Ilmuwan di Cambrige menyatakan bahwa proses pyrolysis tradisional tidak
dapat memanaskan oli secara merata sehingga proses perubahan menjadi bahan
bakar sangat sulit dan tidak praktis.
Untuk mengatasi hal itu para ilmuwan tersebut menambah material penyerap
gelombang microwave dalam sampel limbah oli sebelum melakukan proses pyrolysis
yang kali ini memanfaatkan gelombang microwave.
Penambahan material tersebut ternyata membuat limbah oli menjadi panas
secara merata yang membuat hampir 90% limbah oli dengan mudah diubah ke dalam
sebuah campuran bensin dan solar konvensional.
Pimpinan penelitian Howard Chase, seorang profesor biochemical engineering,
meyakini bahwa proses pyrolysis unik yang mereka lakukan menunjukkan potensi
besar untuk dapat ditingkatkan dalam skala komersial.
Hasil penelitian ini dipresentasikan di acara National Meeting &
Exposition of the American Chemical Society yang ke-241 yang digelar di Anheim,
California, AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar